KEBUTUHAN MINERAL PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
1.1.
Latar
Belakang
Ikan mas sering pula disebut dengan
ikan karper. Ikan mas termasuk omnivora dengan kecenderungan sebagai
karnivora yang memakan jenis-jenis binatang kecil yang hidup di dalam air. Ikan
Mas (Cyprinus carpio Linn) adalah
jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah banyak
dibudidayakan serta dikembangkan untuk kegiatan bisnis pondok-pondok
pemancingan di lokasi wisata. Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama
kedaerahan, seperti kancra, tikeu, tombro, raja, rayo dan ameh. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di atas permukaan laut
Ikan mas tergolong jenis ikan ekonomis dan komersial yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia. Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi ikan air tawar
yang mempunyai beberapa keunggulan yaitu pertumbuhannya relative cepat,
fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan tergolong tinggi. Oleh sebab itu
ikan Mas banyak diusahakan oleh para petani sebagai usaha sampingannya. Harga jualnya
yang relative murah memberikan prospek pemasaran yang cukup baik, sehingga ikan
mas merupakan ikan air tawar utama (Rahmiati, 2004).
Pada
dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta tingkatan
stadianya. Ikan pada singkatan stadia dini (berusia muda)
umumnya memerlukan komposisi pakan dengan kandungan mineral lebih
tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada
tingkat stadia dini zat makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan
hidup dan juga untuk pertumbuhannya (Setiawati et al., 2008).
Menurut
Pratama et al. ( 2013) yang menyatakan bahwa, salah satu ikan budidaya yang
digemari oleh masyarakat Indonesia adalah ikan mas (Cyprinus carpio).
Ikan mas merupakan ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya
dan merupakan salah satu komoditi yang memilki nilai ekonomis tinggi dan
diproduksi dalam sistem budidaya intensif. Sistem budidaya intensif memerlukan
pemberian pakan buatan yang yang intensif pula karena kepadatan ikan dalam satu
wadah pemeliharaan cukup tinggi dan untuk mendapat pertumbuhan ikan yang cepat.
Akan tetapi kegiatan budidaya ikan saat ini dihadapkan pada kenyataan mahalnya
harga pakan buatan. Rata-rata harga pakan buatan (pelet) di pasaran adalah Rp.
3.500-5.500 per kg pakan. Kebutuhan biaya untuk pakan dalam proses produksi
mencapai lebih dari 50% sehingga peningkatan harga pakan secara signifikan
menurunkan tingkat keuntungan petani. Bahkan saat ini, banyak pembudidaya ikan
yang harus menutup usahanya karena biaya produksi tidak sebanding dengan harga
jual ikannya. Untuk meningkatkan keuntungan yang diterima para pembudidaya
ikan, diperlukan efisiensi biaya produksi yang salah satunya dapat dilakukan
dengan menurunkan biaya untuk pakan buatan.
1.2. Sumber-sumber Mineral
Sumber-Sumber
Mineral Sumber mineral untuk ikan dan udang sedikit berbeda dengan hewan pada
umumnya. Ikan dan udang bisa mendapatkan mineral dari air (lingkungan hidupnya)
dan makanannya, sedangkan hewan darat pada umumnya hanya mendapatkan asupan
mineral dari makanannya. Mineral yang bisa didapatkan dari air antara lain Ca,
K, Cu, dan Iodine, sedangkan mineral lainnya perlu tersedia dalam pakan.
Mineral dalam pakan bisa berasal dari bahan baku pakan. Namun mineral dalam
bahan baku variasinya sangat tinggi, begitu juga mineral dalam air. Oleh karena
itu perlu ada tambahan sumber mineral murni yang bisa disuplementasikan dalam
pakan (Nef et al., 2005). Baik mineral dalam bahan baku dan sumber mineral
murni perlu diketahui agar bisa menjamin pakan tidak defisiensi mineral dan
juga tidak mengandung mineral yang berlebihan dan bersifat toksik.
Bahan
baku utama dalam pakan hanya mengandung sedikit mineral sehingga perlu ada
bahan tambahan yang konsentrasi mineralnya cukup tinggi. Bahan baku mikro yang
bisa digunakan sebagai sumber mineral dalam pakan ikan dan udang adalah sebagai
berikut : CaCO3 (38%), kulit kerang (38%), kalsium sulfat dihydrate (21%),
kalsium sulfat anhydride (26.5%), Tepung Tulang (23%), monokalsium fosfat
(15%-18%),dikalsium fosfat (19%-22%) dan deflourinated (30%-32%). Sedangkan
sumber-sumber fosfor untuk pakan ikan antara lain : asam fosforik (23.7%),
deflourinated fosfat (18%.1%), dikalsium fosfat (18.5% fosfor total dan 65
fosfor tersedia), monokalsium fosfat (21% fosfor total dan 94% fosfor
tersedia), monosodium fosfat (26%), monoamonium fosfat (24%), amonium
polifosfat (14.8%-16%) dan tepung tulang (8-14%). Pada umunya monokalsium
fosfat dan dialsium fosfat sering digunakan dalam pakan untuk menutupi kekurang
unsure P dari tepung ikan. Tepung ikan sendiri mengandung 2%-7% fosfor total
tetapi yang tersedia untuk ikan air tawar hanya 30%-40% saja. Umumnya CaCO3
mengandung Mg sekitar 0.2%-0.9% dan kadar air 0,5%. Mono atau dikalsium fosfat
berbentuk granul 95% berwarna abu-abu dengan berat jenis antara 560-590 kg/m3 .
Sumber-sumber mineral lainnya umumnya dijual di pasaran sudah dalam bentuk
premix. Premix yang dimaksud adalah campuran beberapa bahan mineral dengan
kandungan unsur yang telah ditentukan terlebih dahulu (Sukarman dan Solichah,
2011).
1.3.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui
definisi dan peranan mineral pada kultivan ikan
b.
Untuk mengetahui jumlah
kandungan mineral yang dibutuhkan oleh kultivan per stadia
c.
Untuk mengetahui akibat
dari kelebihan dan kekurangan mineral pada kultivan
d.
Untuk mengetahui
hubungan kebutuhan mineral ikan dengan pertumbuhan ikan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Karakteristik
Ikan Mas dan Habitatnya
Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus
carpio Linn) adalah jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan
sudah banyak dibudidayakan serta dikembangkan unfuk kegiatan bisnis
pondok-pondok pemancingan di lokasi wisata. Di Indonesia, ikan mas memiliki
beberapa nama kedaerahan, seperti : kancra, tikeu, tombro, raja, rayo dan
ameh.Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 - 600 meter di
atas permukaan laut dan pada suhu antara 25 – 3oC. Ikan mas menyukai
tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dengan
aliran air yang tidak terialu deras, seperti di pinggiran-pinggiran sungai atau
danau. Oleh sebab itu ikan Mas banyak diusahakan oleh para petani sebagai usaha
sampingannya. Disamping itu, karena harga jualnya yang relatif murah memberikan
prospek pemasaran yang cukup baik, sehingga ikan mas merupakan ikan air tawar
utama. Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan
memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian
anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik berukuran besar dengan tipe sisik
sikloid, berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari
wama-warna tersebut sesuai dengan rasnya. Saat ini, banyak sekali jenis ikan
mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu
tinggi hingga jenis yang unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit,
misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah ikan mas Majalaya.
Di daerah lain , jenis ini belum tentu disukai, begitu jr,ga sebaiknya.
Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para
petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Jenis-jenis kan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok vaitu :
ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi, di antaranya
adalah : Ikan Mas Punten, Ikan Mas Sinyonya (Putri Yogya), Ikan Mas Taiwan,
Ikan Mas Merah, Ikan Mas Majalaya, Ikan Mas Yamato dan Ikan Mas Lokal. Sedangkan
jenis ikan mas hias di antararya adalah : Ikan Mas Kumpay, Ikan Mas Kancra
Domas, Ikan Mas Kaca, Ikan Mas Fancy danI kan Mas Koi (Suseno, 1999).
Gambar 1. Ikan Mas (Susanto, 2007)
Ikan Mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai
berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus
carpio, L. (Susanto, 2007)
Di kalangan petani
maupun masyarakat, ikan Mas telah lama dikenal dan disukai (dikonsumsi),
sehingga pemasarannya tidaklah sulit. Selain itu sebagai ikan budidaya, ikan
Mas memiliki keunggulan, yaitu dapat dikembangbiakkan hanya dengan perbaikan
lingkungan atau manipulasi lingkungan dan kawin suntik (hipofisasi). Makanan
bagi ikan Mas juga tidak sulit, karena ia mau menyantap segala jenis makanan
alami maupun buatan (pelet), termasuk jagung atau jenis padi-padian. Ikan Mas
termasuk jenis ikan omnivora. Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga bagian, yaitu
kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat, seperti sepasang mata,
sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah
insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari
luar. Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip
ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota
gerak yang bebas (Santoso, 1993).
Habitat asli ikan mas adalah
perairan dangkal yang mengalir pelan dengan suhu sejuk. Di danau-danau atau di
sungai-sungai, ikan ini hidup menepi sambil mencari pakan berupa
binatang-binatang kecil. Jentik-jentik nyamuk merupakan pakan alami yang sangat
digemari oleh ikan mas. Di tepi-tepi danau maupun sungai ini ikan mas
meletakkan telurnya pada rerumputan yang menjorok ke perairan. Lingkungan
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya yaitu perairan yang berada pada
ketinggian antara 150-1.000 mdpl dengan suhu antara 20-25°C, dan pH ideal adalah
6,5-7,5. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di
perairan payau atau
muara sungai yang bersalinitas 25-30%. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni
ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan
binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Hasrati dan Rini (2011) bahwa ikan mas menyukai tempat hidup (habitat)
di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dengan aliran air yang tidak
terlalu deras, seperti di pinggiran-pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter di ataspermukaan laut
dan pada suhu antara 25 – 30o C.
2.2.
Kebutuhan
Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang
dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme serta
mempertahankan keseimbangan osmotis dan untuk proses pertumbuhan normal ikan. Ikan
dapat mengabsorpsi beberapa mineral, tidak hanya mineral yang berasal dari
pakan tetapi juga berasal dari lingkungan aquatic, seperti Calsium (Ca),
magnesium (Mg), sodium (Na), potassium (K), iron (Fe), zinc (Zn), copper (Cu),
dan selenium (Se) merupakan mineral yang pada umumnya diperoleh dari air untuk
memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi ikan. Phosphat dan Sulfat lebih efektif
bila diperoleh dari pakan (Sukarman dan Sholichah, 2011).
Peranan Mineral:
·
Menyusun struktur rangka,
·
Transfer elektron,
·
Regulasi keseimbangan asam basa dan osmoregulasi.
·
Komponen penting dari hormon dan enzim, serta
aktivitas enzim.
·
Elektrolit Na+, K+, Mg 2+ Ca 2+ , Cl- dan
HCO3- berperan utama dalam osmotic dan regulasi ionik dari cairan extra
dan intracellular pada ikan (Sukarman dan Sholichah, 2011).
Calcium
Calcium berperanan penting sebagai:
·
perkembangan dan pemeliharaan system skeletal dan
berperan dalam beberapa proses fisiologis,
·
kontraksi otot,
·
pembekuan darah,
·
transmisi impuls saraf ,
·
mempertahankan integritas sel dan keseimbangan
asam-basa
·
aktivasi dari beberapa enzim,
·
pembentukan tulang dan kartilago
Ikan dapat mengabsorpsi calcium secara
langsung dari lingkungannya. Pengambilan calcium melalui insang, sirip dan
epithelium mulut. Insang memegang peranan penting dalam regulasi
calcium. Kebutuhan calcium pada ikan berkisar antara 5 gram/kg pakan
(Sukarman dan Sholichah, 2011).
Phosphor
Phosphor penting dalam :
·
penyusunan tulang, asam nukleat dan membran sel
serta dalam reaksi seluler.
·
metabolisme karbohidrat, lipid dan asam amino
·
sebagai buffer dalam cairan tubuh.
·
Pakan merupakan sumber utama phosphat untuk ikan
karena konsentrasi phosphat rendah dalam air.
Defisiensi phosphor pada ikan menyebabkan
·
pertumbuhan lambat,
·
penurunan efisiensi pakan
·
hambatan mineralisasi pada tulang.
·
peningkatan aktivitas enzim gluconeogenic di hati,
·
peningkatan lemak karkas dengan penurunan kandungan
air karkas,
·
penurunan level phosphate darah,
·
deformitas kepala dan deformitas vertebrae.
Intake phosphor yang rendah juga dapat
meningkatkan aktivitas serum alkaline phosphatase, peningkatan deposisi
lipid di otot, hati dan vertebrae penurunan kandungan glikogen di
hati. Kebutuhan phosphor berkisar antara 7 gram/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Magnesium
Magnesium berperan sebagai co-factor enzyme
dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Defisiensi magnesium
menyebabkan penurunan nafsu makan, hambatan pertumbuhan, tetany. Kebutuhan
untuk ikan : 500 mg/kg pakan (Sukarman dan Sholichah, 2011).
Sodium
Peranan sodium:
·
terutama sebagai kation monovalent antar cairan
cellular,
·
keseimbangan asam basa dan osmoregulasi.
·
Kebutuhan: 1-3 g/kg pakan (Sukarman dan Sholichah,
2011).
Potassium
Peranan Potassium terutama sebagai
kation monovalent dalam cairan cellular, saraf dan
osmoregulasi. Kebutuhan: 1-3 g/kg pakan (Sukarman dan Sholichah, 2011).
Sulphur
Merupakan bagian integral dari sulphur amino acids
dan collagen, detoksifikasi. Kebutuhan: 3-5g/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Chlorine
Berperan sebagai:
·
Terutama sebagai anion monovalent dalam cairan
cellular;
·
komponen dari pencernaan (HCl),
·
keseimbangan asam basa.
·
Kebutuhan: 1-5 g/kg pakan (Sukarman dan Sholichah,
2011).
Fe
(Iron)
Berperan sebagai berikut:
·
Merupakan bagian essensiil dari haeme dalam
haemoglobin, cytochromes, peroxidase.
·
Defisiensi Fe: microcytic, hypochromic anaemia .
·
Kebutuhan: 0,15 – 0,17 gram/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Copper
·
Merupakan komponen haeme dalam haemocyanin (pada
cephalopods)
·
co-factor pada tyrosinase dan ascorbic acid
oxidase.
·
Kebutuhan: 1-4 g/kg pakan (Sukarman dan Sholichah,
2011).
Manganese
Berperan sebgai:
·
Co-factor untuk arginase dan enzyme metabolic, pembentukan
tulang, regenerasi erythrocyte.
·
Kebutuhan: 20 – 50 mg/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Cobalt
Berperan sebagai:
·
Merupakan komponen dari cyanocobalamin (B12)
·
mencegah anaemia.
·
Kebutuhan: 5-10 mg/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Zinc
Berperan sebagai:
·
Essensiil untuk struktur dan fungsi insulin; co-factor
dari carbonic anhydrase.
·
Defisiensi Zn:- meningkatkan mortalitas,cataracts
pada mata, erosi pada sirip dan kulit.
·
Kebutuhan: 30-100 mg/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Iodine
Berperan sebagai berikut:
·
Merupakan unsur pokok dari thyroxine;
regulasi penggunaan oxygen.
·
Defisiensi: Thyroid hyperplasia (goiter).
·
Kebutuhan: 100-300 mg/kg pakan (Sukarman dan
Sholichah, 2011).
Kebutuhan
ikan akan mineral seng bervariasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain stadia (umur), kematangan seks, komposisi pakan, suhu air dan kualitas
kimia air. Komposisi seng dalam pakan dapat mempengaruhi daya cerna protein dan
karbohidrat, karena defisiensi seng dapat menurunkan aktivitas beberapa enzim.
Selanjutnya dinyatakan bahwa peningkatan kadar seng dalam pakan ikan mas dan
rainbow trout dapat mempengaruhi penyimpanan protein dalam tubuhnya (Pratama et al., 2013).
Dampak dari
defisiensi mineral Zn untuk setiap speies ikan berbeda-beda. Defisiensi seng
dapat mempengaruhi konsentrasi Zn pada ovari dan testes ikan ikan mas.
Pada ikan mas menyebabkan pertumbuhan lambat, selera makan menurun, kematian
tinggi, pengikisan kulit dan sirip serta menaikkan kadar besi dan tembaga di
usus dan hepatopankreas (Tarigan et al., 2014).
2.3.
Kebutuhan
Mineral dalam Pakan
Kebutuhan mineral seng dalam
pakan bergantung kepada bahan baku yang digunakan. Kebutuhan ikan mas akan
mineral Zn adalah 20 mg/kg pakan (murni), sedangkan dalam pakan
direkomendasikan penambahan Zn sebesar 150 mg/kg pakan, karena ada faktor asam
fitat dan tingginya kandungan kalsium dalam pakan dapat mempengaruhi penyerapan
seng dalam tubuh. Sedangkan untuk ikan mas dengan bobot awal 1.5-1.9 gram
membutuhkan Zn (murni) sebesar 15-30 mg/kg pakan dan untuk ikan mas dengan bobot
8.4 gram membutuhkan Zn (murni) sebesar 30 mg/kg pakan. Kebutuhan ikan mas akan
mineral seng untuk pertumbuhannya adalah 50 – 100 mg/kg pakan (Tarigan et al., 2014)
Ikan-ikan
air tawar seperti ikan Mas memerlukan kandungan Zn dalam pakan sebesar 15-30
ppm untuk pertumbuhannya, apabila bahan baku pakan rendah kalsium dan asam
fitat. Hasil penelitian terhadap benih ikan Mas menunjukkan bahwa untuk
mencapai pertumbuhan yang optimal perlu penambahan 25-50 mg Zn/kg pakan,
apabila dalam bahan baku pakan sudah mengandung 26,99 mg seng (Tarigan etal., 2014).
III.
PEMBAHASAN
3.1.
Mineral
Mineral merupakan substansi
anorganik yang mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh hewan, diantaranya untuk
menjaga proses metabolisme, sebagai bahan pembentuk tulang, gigi, karapas,
sebagai ko enzim, menjaga keseimbangan tekanan osmotic dan keseimbangan asam
basa dalam tubuh. Namuun pada kenyataannya unsure ini sering diabaikan dalam
proses pembuatan formula pakan. Terdapat 11 unsur mineral yang sangat pentuing
untuk ikan, yang terbagi dalam dua unsur yaitu unsure makro
(kalsium,fosfor,magnesium,kalium) dan unsure
mikro (Fe, Zn, Mn, Co, Cu, I, dan Se). unsure mikro ;lain yang saat ini
sudah mulai diteliti fungsinya untuk ikan adalah kromium. Sedangakan bebebrapa
mineral yang tidak diketahui fungsinya untuk ikan antara lain aluminium,
arsenic, cadmium, mercury, nikel, silicon, tin, dan vanadium. Mineral terdapat
dalam air dan bahan pakan, tetapi kandungannya tidak stabil sehingga perlu
ditambahkan sumber mineral dalam bentuk, premix. Umumnya defisiensi mineral
makro berakibat pada terhambatnya pertumbuhan sampai dengan tingginya kematian.
Rekomendasi level mineral dalam pakan perlu memperhatikan interaksi antar
mineral dan nutrisi lainnya (Sukarman dan Sholichah, 2011).
Mineral merupakan zat nutrisi yang juga
berperanan penting bagi kehidupan ikan, oleh karena itu perlu tersedia dengan
cukup dalam makanan yang dimakan oleh ikan. Sama halnya dengan vitamin, mineral
sangat dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Ikan juga
menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan keseimbangan osmosis
antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral dibutuhkan dalam jumlah
relatif kecil, namun berperan sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup,
mengingat beberapa proses yang berlangsung di dalam tubuh ikan membutuhkan
mineral. Ha ini diperkuat oleh Nurjanah et
al. (2007) bahwa mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan. Mineral merupakan unsur
pokok bagi pembentukan gigi, tulang dan menjaga keseimbangan asam basa serta
berperan dalam proses osmotik antara hewan dengan lingkungan perairan,
disamping itu juga berperan dalam pembekuan darah, fungsi otot dan sebagai
kofaktor dalam reaksi enzimatik. Dinyatakan juga apabila kekurangan fosfor,
terutama pada ikan mas dapat menyebabkan tulang belakang bengkok dan rapuh
serta kandungan lemak Mineral merupakan unsur yang dapat menjaga keseimbangan
asam basa, juga berperan dalam proses osmotik. Selain itu, mineral juga penting
untuk fungsi pembekuan darah, fungsi otot dan sebagai ko-faktor dalam reaksi
enzimatik.
Salah satu nutrien penting dalam pakan
yaitu mineral fosfor. Mineral fosfor merupakan salah satu
mineral penting yang dibutuhkan oleh ikan, karena mineral ini sangat berperan
dalam mineralisasi tulang dan pertumbuhanikan serta untuk metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Keberadaan mineral fosfor dalam pakan sangat
penting untuk berbagai proses metabolik, diantaranya sebagai penyangga dalam
cairan-cairan tubuh. Mineral fosfor esensial sebagai komponen dari fosfolipid,
asam-asam nukleat, fosfoprotein, senyawa berenergi tinggi (ATP), banyak
berperan pada metabolism intermedier dan kofaktor beberapa jenis enzim.
Selanjutnya fosfat anorganik juga berperan penting sebagai penyangga agar pH
cairan intra dan ekstraseluler normal. Hal ini diperkuat oleh Wanatabe et al.
(1980) bahwa fosfor merupakan komponen dari berbagai fosfat organik
seperti adenosine triphosphate (ATP), fosfolipid, koenzim, deoxyribonucleid
acids (DNA) dan ribonucleic acids (RNA).
Fosfor merupakan
mineral yang dibutuhkan ikan, Ketersediaan fosfor
di air dan laju penyerapan fosfor oleh tubuh ikan dari air sangatlah rendah,
sehingga untuk menunjang pertumbuhan dan proses pembentukan tulang diperlukan
fosfor dari makanannya. Fosfor sangat berperan dalam pertumbuhan dan
pembentukan tulang dan defisiensi fosfor dalam tubuh ikan dapat menyebabkan
laju pertumbuhan yang rendah, bentuk tubuh yang abnormal, efisiensi pakan yang
rendah dan penumpukan lemak tubuh. Menurut Ketola & Harland (1993) dalam
Watanabe et al. (1999)
dilaporkan juga bahwa kelebihan fosfor dalam pakan akan dikeluarkan ke media
budidaya dan akan berdampak negatif terhadap lingkungan budidaya, karena limbah
fosfor bersama bahan organik lainnya akan menyebabkan eutrofikasi. Hal ini juga diperkuat oleh Wiramiharja et al. (2007) bahwa Kekurangan
mineral seng pada ikan dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, mortalitas
tinggi, erosi pada kulit dan sirip, kerdil, dan nafsu makan hilang.
3.2.
Kandungan Gizi pada Ikan Mas
Berikut adalah kandungan gizi pada ikan mas dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Kandungan gizi pada ikan Mas
Zat
Gizi
|
Stadia/Umur/Ukuran
|
Kebutuhan
(%)
|
Referensi
|
Protein
Asam Amino
Lemak
Karbohidrat
Vitamin
Mineral
|
Larva
Juvenil
Dewasa
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
Semua ukuran
|
43 – 47
37 – 42
26 – 32
-
6 – 8
20
0,5 – 10
0,25 – 0,5
|
NCR (1977)
NCR (1977)
Deptan (1989)
Deptan (1989)
Deptan (1989)
Deptan (1989)
Deptan (1989)
|
Sumber : Badan Litbang Deptan (1989)
Mundayana et al., (1998)
Jumlah kebutuhan
mineral ikan Mas secara umum juga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Jumlah kebutuhan Mineral Ikan Mas secara umum
Mineral
|
Jumlah
|
Ca
|
0,3 %
|
P
|
0,6-0,7 %
|
Mg
|
0,04-0,05 %
|
Cu
|
0 mg/kg
|
Fe
|
150 mg/kg
|
Mn
|
13 mg/kg
|
Zn
|
15-30 mg/kg
|
Co
|
0,1 mg/kg
|
Sumber: Watanabe et al (1998), Bautista
& Baticods (1988), Metailler & Bergot (1999) dalam Sukarman dan
Solichah (2011)
Ikan mas merupakan ikan
konsumsi yang populer dan merupakan jenis ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di Jawa Barat. Volume produksi budidaya ikan mas Jawa Barat merupakan yang tertinggi di
Indonesia. Total volume produksi budidaya ikan mas nasional pada tahun 2008
ialah 242.322 ton dan sebanyak 110.829 ton dihasilkan oleh Jawa Barat,
sedangkan sisanya dihasilkan oleh 32 provinsi lainnya (KKP, 2010).
Kandungan Mineral yang
ada dalam ikan Mas dari tiap stadia dapat dilihat pada Tabel. 3
Tabel 3. Kandungan mineral ikan Mas (Cyprinus carpio) tiap stadia
Cyprinus
carpio
|
|||||
|
W1 (mg/kg)
|
W2(mg/kg)
|
W3(mg/kg)
|
||
Ca
K
Mg
Na
P
|
334
2824
959
847
9692
|
2252
3184
1079
892
10965
|
3548
3420
1561
913
14243
|
||
|
|
|
|
Keterangan:
W1=
ikan mas larva
W2=ikan
mas dewasa
W3=ikan
mas indukan
3.3.
Kelebihan dan Kekurangan Mineral
Unsur mineral essensial ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua grup
berdasarkan konsentrasinya di dalam tubuh ikan, yaitu: mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang konsentrasinya dalam tubuh
organisme dibutuhkan dalam jumlah besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering),
yaitu Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sodium (Na), Potassium (K), Phosphorus (P),
Chlorine (Cl) dan Sulphur (S). Mineral mikro adalah mineral yang konsentrasinya
dalam tubuh setiap organisme dalam jumlah sedikit(kurang dari 100 mg/kg pakan
kering),yaitu : Besi (Fe), Tembaga(Cu), Mangan (Mn), Seng (Zn),Cobalt (Co),
Molybdenum (Mo),Cromium (Cr), Selenium (Se),Fluorine (F), Iodine/Iodium (I),
Nickel (Ni) dan lain-lain. Masing-masing unsure mineral tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan bagi ikan Mas, diantaranya:
Peranan dan fungsi kalsium didalam tubuh antara lain adalah sebagai
komponen utama pembentuk tulang, gigi, kulit serta sisik dan memelihara
ketegaran kerangka tubuh, mengentalkan darah, sebagai ”intracellular regulator” atau messenger
yaitu membantu regulasi aktivitas otot kerangka, jantung dan jaringan lainnya,
konstraksi dan relaksasi otot, membantu penyerapan vitamin B12, menjaga
keseimbangan osmotik. Pengambilan kalsium dari perairan oleh ikan digunakan
atas dasar untuk kegiatan struktural. Transpor Ca dari air oleh aliran darah ke
jaringan tulang dan kulit berlangsung secara cepat. Jumlah lemak dalam pakan
sangat berpengaruh dalam penyerapan Ca oleh usus. Pada kondisi abnormal, yaitu
penyerapan lemak terganggu maka Ca pun akan sedikit yang diserap. Hal ini
dikarenakan asam lemak yang tidak diserap akan berikatan dengan Ca dan akan
terbuang dalam bentuk feses. Kandungan Ca dalam perairan sangat diperlukan
untuk kehidupan ikan. Perairan dengan kandungan Ca rendah akan berdampak buruk
terhadap pertumbuhan dan mengganggu adaptasi pada saat kondisi lingkungan
berubah. Perairan yang kaya akan Ca akan meningkatkan toleransi terhadap
temperatur dan akan mengurangi keracunan akibat menurunnya pH. Untuk perairan
yang kandungan Ca rendah, pH rendah dan kandungan alumunium tinggi tidak akan
dihuni oleh ikan. Menurut Rumsey (1977) kebutuhan Ca untuk ikan Mas pada
perairan dengan kalsium rendah (3 mg Ca/l) sama saja dengan yang dipelihara
pada kandungan kalsium tinggi (45 mg Ca/l) yaitu sebesar 2 g/kg dalam pakannya.
Sedangkan menurut Arai et al (1975) pemberian Ca sebanyak 2,4 g/kg merupakan
kebutuhan minimal yang harus dipertimbangkan, pemberian Ca sebanyak 11,5 – 14
g/kg akan berakibat buruk terhadap laju pertumbuhan (Arifin,2008).
-
Phosphor (P)
Ketersediaan P dalam air akan mengganggu penyerapan P dalam pakan oleh
tubuh. Pakan dengan kandungan Ca rendah dan P tinggi akan mendorong ikan untuk
mengambil Ca dari lingkungan perairan. Kekurangan mineral P pada pakan ikan
dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, proses pembentukan tulang terganggu
dan konveri pakan menjadi meningkat. Kekurangan phosphor pada ikan mas
mengakibatkan pertumbuhan terganggu, nafsu makan menurun, tulang belakang
bengkok dan rapuh serta kandungan lemak dalam daging meningkat. Wilson et al
(1982), melakukan penelitian terhadap ikan channel Mas yang memperlihatkan
bahwa peningkatan P yang tersedia dalam makanan dari 0,07% menjadi 0,54% akan
meningkatkan pertambahan bobot relatif dari 135% menjadi 706% dan efisiensi
pakan dari 36% menjadi 99%. Tetapi bila kandungan P terus dinaikkan sampai
1,02% maka pertumbuhan relatif akan turun dari 706% menjadi 620% dan efisiensi
pakan akan turun dari 99% mejadi 90% (Arifin,2008).
-
Magnesium (Mg)
Kandungan magnesium di dalam ikan jumlahnya relatif rendah dibandingkan
dengan hewan darat. Sebagian besar magnesium, kurang lebih 65%, berada dalam
kerangka tubuh ikan. Pada ikan mirror carp terdapat 340 – 3300 gram dimana
kandungan terbesar terdapat pada vertebrae sebesar 1,0 – 1,6 g/kg, pada otot
200 – 267 mg/kg dan pada hati terdapat 62 – 203 mg/kg. Berdasarkan hasil penelitian
Satoh et al (1983) yang menyatakan bahwa pada ikan Mas pemberian Mg sebesar 52
mg/kg dapat meningkatkan kematian sebesar 16%. Selain itu pada ikan mas yang
dipelihara selama 83 hari dengan pakan kurang Mg menunjukkan peningkatan
terjadinya katarak sebesar 40%. Oleh karena itu pada ikan mas diestimasi
kebutuhan Mg dalam pakan berkisar antara 400 – 500 mg/kg (Arifin,2008).
-
Potassium (K)
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti diketahui bahwa ikan
air tawar dalam pemenuhan ion K tidak banyak diambil dari lingkungan perairan,
namun lebih banyak diperoleh dari pakan. Apabila ion K dalam pakan kurang dari
1 mg/kg akan menyebabkan penggunaan pakan tidak efisien, pertumbuhan lambat dan
kematian meningkat. Pertumbuhan ikan dapat dicapai jika pada pakan ikan
mengandung ion K maksimum 800 mg/kg. Konsentrasi K dalam tubuh berkisar antara
600 – 800 mg/kg pakan (Arifin,2008).
-
Sodium (Na)
Sodium seperti halnya potasium sangat penting perannya dalam
osmoregulasi dan keseimbangan asam basa ikan. Pada hewan darat sodium yang
berasal dari makanan akan diserap oleh tubuh secara cepat dan efisien dan hanya
sedikit sekali yang dikeluarkan melalui feses. Kekurangan sodium dapat
mengakibatkan dehidrasi, keletihan, anoeexia dan kram otot. Pemberian sodium
sebesar 2200 mg/kg pakan pada ikan Mas sudah mencukupi kebutuhan ikan tersebut
terhadap sodium. Tetapi dalam percobaan Salman dan Eddy (1988) pemberian sodium
sebesar 1000 –3000 mg/kg pakan tidak memberikan perbedaan pertambahan bobot
(Arifin,2008).
-
Besi (Fe)
Ikan dapat menyerap zat besi terlarut dari air melalui insang, sirip dan
kulit. Zat besi dalam bentuk tereduksi, ion Fero (Fe ++) lebih mudah diserap
karena lebih mudah larut dalam cairan-cairan pencernaan. Penyerapan zat besi
dalam saluran pencernaan sangat dipengaruhi oleh kadar keasaman,pH atau keasamn
lambung dan bagian atas usus halus. Kekurangan zat besi pada ikan dapat membawa
dampak yang merugikan bagi ikan. Pada beberapa jenis ikan memberikan dampak
yang berbeda, misalnya pada ikan Mas dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat,
konversi pakan rendah, nafsu makan menurun dan abnormalitas (Arifin,2008).
-
Seng (Zn)
Ikan mengakumulasi seng dari dua sumber, yaitu pakan dan air, namun seng
yang berasal dari pakan penyerapannya lebih efisien daripada dari air. Seng di
dalam tubuh organisme sangat berperan penting sebagai kofaktor dari beberapa
sistem enzim yng penting dalam proses metabolisme. Ikan dapat menyerap seng
dari insang, kulit dan sirip. Seperti unsur lainnya selain diperoleh dari
lingkungan perairan mineral seng perlu ditambahkan kedalam sumber makanannya
agar kebutuhan ikan akan mineral seng dapat terpenuhi. Mineral seng diserap
dengan bantuan proses difusidalam duodenum dan jejenum bagian atas. Zat-zat
yang membantu penyerapan mineral seng antara lain adalah asam amino terutama
histidin dan sistein, asam sitrat, monosakarida dan komponenkomponen EDTA.Zn
untuk setiap jenis ikan berbeda. Pada ikan mas menyebabkan pertumbuhan lambat,
nafsu makan menurun, kematian tinggi, pengikisn pada kulit dan sirip serta
menaikkan kadar besi dan tembaga diusus dan hepatopankreas (Arifin,2008).
-
Mangan (Mn)
Kekurangan mineral mangan pada komposisi pakan ikan untuk setiap jenis
ikan biasanya berbeda, antara lain adalah ; berkurangnya pertumbuhan, struktur
tulang yang tidak normal pada ikan Mas, rendahnya daya tetas dan jumlah telur
pada induk ikan, ataxia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mengkoordinasikan
gerakan gerakan otot secara sempurna serta menurunnya penampakan reproduksi.
Kekurangan mangan pada pakan dapat dilakukan dengan menambahkan kandungan
mineral mangan dalam pakan dalam bentuk mangan sulphat MnSO4) dan mangan
klorida (MnCl2) (Arifin,2008).
-
Tembaga (Cu)
Mineral tembaga yang diserap oleh ikan sangat dipengaruhi oleh jumlah
dan bentuk kimia mineral tembaga yang diterima, kandungan beberapa ion metal
lain dan zat-zat organik serta umur. Dampak kekurangan tembaga pada ikan
sebagai organisme air jarang sekali terjadi karena mineral ini sudah cukup
banyak tersedia dalam air. Pada ikan dampak mineral tembaga yang sudah diamati
adalah kalau terjadi keracunan tembaga akibat terjadinya pencemaran lingkungan
perairan yang dapat mengakibatkan rusaknya insang, mengurangi pigmentasi dan
pertumbuhan lambat (Arifin,2008).
-
Cobalt (Co)
Mineral cobalt pada ikan diserap dari air disekitarnya dan masuk melalui
insang. Konsentrasi cobalt yang masuk kedalam tubuh ikan sanagt dipengaruhi
oleh suhu lingkungan dan konsentrasi kalsium, dimana dengan meningkatnya suhu
dan kalsium dilingkungan akan meningkatkan konsentrasi cobalt. Cobalt mempunyai
fungsi dan peranan pada ikan antara lain adalah merupakan komponen integral
dari Cyanocobalamin (vitamin B12), sangat dibutuhkan untuk sintesa microflom
pada saluran usus serta sangat penting untuk pembentukan sel darah merah dan
perawatan jaringan syaraf, cobalt juga berfungsi sebagai agen kegiatan untuk
sistem variasi enzim. Kebutuhan mineral cobalt oleh ikan berkisar antara 1 – 6
mg/kg pakan. Meningkatnya kandungan cobalt pada tubuh ikan mas dapat
menyebabkan racun dan meningkatkan haemorrhages pada saluran pencernaan dan
pola putih pada sel darah. Selama masa perkembangan embrio telur ikan mas
kebutuhan cobalt meningkat (Arifin,2008).
-
Yodium (I)
Kebutuhan ikan akan yodium berkisar antara 1 – 5 mg/kg pakan. Dampak
kekurangan yodium pada ikan Mas mengakibatkan thyroid hyperflasia (pembengkakan
pada kelenjar thyroid), bentuk tubuh kerdil dan pertumbuhan terhambat
(Arifin,2008).
-
Selenium (Se)
Selenium diserap oleh ikan dari makanan dan lingkungan perairan melalui
jalur gastrointestinal. Duodenum merupakan daerah penyerapan utama mineral ini
dan akan berikatan pada protein dalam bentuk asam amino yang mengandung ikatan
sulfur. Selenium yang berikatan dengan protein ini akan ditransport kedalam
plasma darah dan jaringan lainnya. Pada ikan selenium sangat dibutuhkan untuk
mencegah penyakit otot menyusut (muscular dystrophy). Kebutuhan selenium untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan memaksimalkan aktivitas glutathione peroxidase
adalah 0,15 – 0,28 mg/kg untuk ikan mas. Pada ikan Mas kekurangan selenium dapat
mengakibatkan depresi pertumbuhan (Arifin,2008).
3.4.
Hubungan Mineral dengan Pertumbuhan
Salah satu nutrient paling penting dalam pakan yaitu mineral fosfor.
Fosfor merupakan mineral yang sangat dibutuhkan ikan, karena sangat berperan
dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang. Fosfor dan kalsium merupakan mineral
yang paling besar peranannya dalam pertumbuhan ikan. Kedua mineral ini sangat
diperlukan dalam pembentukan jaringan tulang. Fosfor dan kalsium yang
terkandung dalam tubuh ikan lebih sedikit dibandingkan binatang darat. Oleh
karena itu kebutuhan fosfor untuk ikan sebagian besar dipenuhi dari pakannya. Unsur-unsur
mineral yang dibutuhkan oleh ikan antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), natrium
dan klor dalam bentuk senyawa NaCl, mangan (Mn), besi (Fe), tembaga (Cu),
yodium (I), dan kobalt (Co). Kalsium dan fosfor diperlukan untuk pembentukan
tulang (pertumbuhan tulang) dan untuk menjaga agar fungsi jaringan tubuh dapat
bekerja secara normal dan NaCl berpengaruh dalam pertumbuhan, tetapi dianjurkan
pemakaiannya tidak terlalu banyak. Dalam hal ini, mineral sangatlah penting
dalam menyokong tingkat pertumbuhan ikan. Hal ini diperkuat oleh Yuwono et al.
(2005) bahwa mineral memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Kandungan mineral
pada pakan menjadi sumber tambahan mineral bagi ikan, sehingga kebutuhan
mineralnya terpenuhi. Peningkatan konsumsi pakan memberikan pasokan
nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme yang meningkat pada
periode pertumbuhan yang cepat.
Pertumbuhan dapat dianggap
sebagai hasil dari dua proses, yaitu proses yang cenderung untuk menurunkan
energi tubuh, yang menjadi nyata jika seekor ikan dipelihara dalam jangka waktu
yang lebih lama tanpa diberi makan, dan suatu proses yang diawali dari
pengambilan makanan dan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh.
Kebutuhan energy pada energy ikan diperoleh dari kandungan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam nutrisi ikan. Ketersediaan pakan
pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan. Penyediaan pakan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan yang dipelihara menyebabkan pertumbuhan
ikan menjadi lambat, dan akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Sedangkan apabila penyedian pakan sesuai dengan kebutuhan
ikan, maka laju pertumbuhan ikan baik, maka waktu pemeliharaan akan menjadi
lebih singkat sehingga produksi kolam ikan (hasil panen) juga meningkat. Hal
ini diperkuat oleh Astawan et al.
(1998) menyatakan bahwa pakan ikan yang baik harus mengandung nutrisi (zat
gizi) yang cukup sesuai dengan kebutuhan ikan, diantaranya adalah energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
IV.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah
yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa:
1.
Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan
oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme serta
mempertahankan keseimbangan osmotik dan untuk proses pertumbuhan normal ikan maupun udang. Sedangkan peranan
mineral antara lain penyusun utama struktur rangka seperti tulang, kepala, gigi dan
sisik, media transfer elektron dan kofaktor (mengaktifkan) dalam
metabolisme, katalis dan enzim activator, dan sebagai regulasi keseimbangan
asam basa dan sistem osmoregulasi dari darah maupun cairan tubuh lainnya.
2.
Kandungan mineral pada ikan mas pada semua stadia, umur, dan ukuran
adalah sama yaitu 0,25-0,5 %.
3.
Kekurangan mineral pada ikan menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat,
penurunan efisiensi pakan, aktivitas berenang ikan melambat, dan meningkatkan
angka mortalitas serta abnormal pada organ tubuh ikan.
4.
Mineral fosfor
merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan oleh ikan, karena mineral
ini sangat berperan dalam mineralisasi tulang dan pertumbuhan ikan serta untuk
metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Keberadaan mineral fosfor dalam
pakan sangat penting untuk mendukung berbagai proses metabolik, diantaranya
sebagai penyangga dalam cairan-cairan tubuh. Mineral fosfor esensial sebagai
komponen dari fosfolipid, asam-asam nukleat, fosfoprotein, senyawa berenergi
berupa (ATP), banyak berperan pada metabolism intermedier dan kofaktor beberapa
jenis enzim
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem
Biologi dan Metode Analisisnya. Jurnal
Litbang Pertanian. 27 (3). 99:105
Astawan, M.W dan M.
Astawan, 1988. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Edisi I,Cetakan
I, C.V. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hasrati dan Rini Rusnawati. 2011. Kajian Penggunaan
Daging Ikan Mas (Cyprinus carpio linn)
terhadap Tekstur dan Cita Rasa Bakso Daging Sapi. Jurnal Agromedia No. 01:(29)
STIP Semarang.
Jabeen F., Aasma N ., Syed M.H.,
Abdul S.C., M.Irfan3., M.Shakeel., Samina S., Sajid Y., Shahzad A., Tayybah S.,
2015. Chemical and mineral composition of
Cyprinus carpio, Labeo rohita and Wallago attu inhabiting river indus in Mianwali
district. International Journal of Biosciences.
6(5): 333-342
Ketola,
H.G. & B.F. Harland. 1993. Influence
of Phosphorus in Rainbow Trout Diets on Phosphorus Discharges in Effluent
Water. Trans. Am. Fish. Soc, 122: 1120-1126.
[KKP]Kementerian Kelautan Perikanan. 2010.
Statistik Kelautan dan Perikanan 2008. Pusat Data Statistik dan Informasi
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Mundayana, Y. 2010. Fungsi Gizi dalam
Pakan Posluhdes Desa Nanggareng.htm
Nef, E., Rohde, H.R. and Kersten, J.
2005. Principles of Mixed Feed Production. Agrimedia GmbH. Germany, p. 22-24
Nurjanah,
T. Nurhayati, F. Zulaikha. 2007. Karakteristik Mutu Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Sambiroto Kabupaten
Pati Jawa Tengah. [Prosiding]. Disampaikan di Seminar Internasional Perikanan
2007, Jakarta.
Pratama R.I.,
Iis R., dan Muhammad Y.A., 2013. Komposisi Kandungan Senyawa Flavor Ikan Mas (Cyprinus carpio) Segar dan Hasilo
Pengukusannya. Jurnal Akuatik. 4(1): 55-67
Rahmiati R. 2004. Vitamin B2 dalam PAkan Buatan dapat Mempengaruhi
Pertumbuhan Biomassa Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal perikanan. 1(1).
7-9
Santoso, Budi.
1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan
mas. Yogyakarta :
Kanisius.
Setiawati M., R. Sutajaya Dan M. A. Suprayudi. 2008. Pengaruh Perbedaan Kadar Protein dan Rasio
Energi Protein Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Fingerlings Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Jurnal
Akuakultur Indonesia, 7(2): 171–178.
Sukarman., Lili Sholichah. 2011. Status Mineral dalam Pakan Ikan dan
Udang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 995-990.
Susanto,H. 2007. Budidaya Ikan di Pekaranmgan. Jakarta. Penebar Swadaya
Suseno, Djoko.
1999. Pengelolaan usaha pembenihan
ikan mas, cet. :7.
Jakarta : Penebar Swadaya
Tarigan
Y.F.,
Yuniarti A., dan A. Wibowo N.J., 2014. Kandungan Kadmium (Cd) pada Air Sungai dan
Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linnaeus) Di Sungai Code Kota Yogyakarta.
Watanabe,
T., T. Mukarami, T. Takeuchi, T. Nose & C. Ogino. 1980. Requirement of
Chum
Salmo Held in Freshwater for Dietary Phosphorus. Nippon Suisan Gakaishi, 46(3):
361-367.
Wiramiharja,
Y., R. Hernawati, I.M. Harahap, N. Yukiyasu. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan
Ikan Budidaya. Jambi (ID): Balai Budidaya Ikan Air
Tawar.
Yuwono, E., P. Sukardi, I. Sulistyo. 2005. Konsumsi
dan Efisiensi Pakan pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang
Dipuasakan secara Periodik. Berkala. Penelitian Hayati, 10: 129-132.